Posted by : Nurinaernest
Jumat, 01 Februari 2013
Pagi datang, dan kusibak gorden kamarku. Cahaya matahari menembus dengan lembutnya menyentuh tengkukku. Semangat pagi kuucapkan untuk pepohonan jeruk didepan rumah. Kuhirup udara segar, namun kekecewaan di dalam hatiku masih bergolak mengalahkan kekuatan badai katarina. Maaf, apabila ini adalah diary. Tetapi aku ingin menumpahkannya padamu. Ketika masalah semakin menggunung mendera hidupku selama aku menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas ini, aku sering merenung dan menderita kegalauan. Ketakutan menapaki hari esok selalu menghantui pikiranku. Tentang cita. Masa depan, dan sebagainya. Aku tak ingin takut, tetapi aku sulit menyingkirkan perasaan itu dari hatiku.
Ketika
pandanganku melekat pada rak buku, mataku tertuju pada buku-buku pelajaran yang
menumpuk. Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan masih banyak lagi.. Serta
buku-buku bacaan yang belum sempat aku sentuh. Belum satupun. Buku itu menggoda
karena banyaknya. Menatapku dengan garang dan terlihat emosi. Aku menunduk
terdiam. Akankah semua itu bisa aku baca dengan waktu sesingkat ini? Apakah aku
dapat menyelesaikan semua masalah-masalah yang berlarian di kepalaku?? Aku
ingin melahap semua buku-buku yang kulihat dan menyapu habis semua tulisan yang
ada di buku cerita itu. Aku masih memiliki banyak hutang dan tanggungan,
kurasa. Ada beban yang begitu besar. Semakin besar, besar, dan besar.. ketika
usia semakin tua seperti ini. Dan dengan pikiran yang bercabang rasanya beban
itu terlalu berat.
Hari
semakin berganti, dan cahaya matahari digantikan bulan yang memantulkan cahaya
bola api. Sebentar lagi aku akan berperang dengan Ujian Nasional. Bertempur
melawan kemalasan diri dalam belajar, dan aku pun harus siap. Aku cukup sadar
bahwa waktu semakin dekat, tetapi aku butuh penyemangat yang lebih banyak. Aku
tak tahu kapan aku akan bersahabat dengan buku-buku pelajaran itu, dan kemudian
memahami isinya secara sempurna, Oh gila! Aku tidak tahu apakah aku akan bisa. Walau
aku harus yakin, tetapi rasa takutku lebih besar daripada rasa berani. Aku
harus berjuang dan aku tak ingin mati karena rasa takutku ini. Tetapi itu
sulit. Lihatlah Matematika, Kimia, Fisika.. Rumusnya sesulit hidupku yang juga
rumit. Terlalu susah untuk kudekati. Tak mudah untuk kutaklukkan. Ingin berlari
dan kabur saja.. Aku masih ingin merasakan timangan ibu atau suapan bubur bayi.
Tak menghadapi ini.
Semakin
dewasa, ingin sekali aku kembali ke masa
kecil. Dimana tidak terlalu banyak tuntutan, dan sehari-hari hanya asik
bermain dengan hati yang tenang tanpa kegelisahan. Aku suka bermain atau
barangkali menemukan permainan baru seperti saat aku kecil dulu. Bermain kertas
yang bisa menjadi barang apapun. Atau bermain bersama kakak. Petak umpet,
kelereng, atau bermain mobil-mobilan. Aku masih ingin kembali ke masa kecil!
Aku ingin kembali menjadi bayi dan ingin menangis! Aku ingin memperbaiki
hidupku dari awal lagi. Memperbaiki keburukanku saat ini, karena aku merasa
sedih dengan diriku yang sekarang ini. Masa kecil memang bahagia, dan aku
merindukan masa itu. Terlihat manis dan menyenangkan bukan? Semua pasti
menginginkannya, atau entah hanya aku. Tapi aku yakin aku tidak sendirian yang
menginginkan itu. Aku ingin sekali menghancurkan kenangan-kenangan burukku,
untuk kugantikan dengan kenangan-kenangan indahku. Tetapi semakin aku
melupakannya, justru aku semakin mengingatnya. Ini sangat susah, dan aku
mengalami kesulitan dalam hal ini.
Tapi kali ini,
aku berpikir kembali. Besok, juga tentunya akan bersinar. Perjuangan untuk melupakan itu dan berdamai dengan kenanganku. Tidak
masalah jika aku tidak bisa kembali ke masa kecil, aku lebih takut pada esok
hidupku. Karena sekarang, aku berada si jalan dimana aku tidak bisa kembali
lagi ke masa itu. Masa yang aku rindukan. Banyak penyesalan yang hadir dalam
benakku mengapa aku tidak memanfaatkan waktu dari dulu? Waktu tinggal dua bulan
lagi, dan aku harus benar-benar siap. Tak dapat lagi untuk berlari, karena
waktu telah mengejarku lebih cepat. Jika aku mengikuti kenanganku yang sudah
tertiup angin, aku akan berhenti dan tak kan bisa maju. Aku memutuskan untuk
berlari lebih cepat daripada waktu.
Selain harus
menempuh Ujian Nasional, aku juga harus menentukan pilihan yang tepat untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hidup mungkin juga sebuah peperangan
karena banyak saingan dan juga tantangan, lalu harus bagaimana lagi? Ini semua
memang harus dijalani. Aku ingin memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan
bakatku. Tetapi, apakah aku mampu?? Aku ingin belajar di sebuah kota yang
mungkin asing bagiku karena bukan
kota kelahiranku, tetapi aku tak ingin terus berdiam disin dan tak perhi
kemana-mana. Aku ingin menimba ilmu diluar sana. Aku ingin menikmati jalan
berkilau yang kutapaki, dan aku ingin lebih banyak pengalaman serta pengetahuan
yang tentunya juga bisa kudapatkan lebih banyak bila aku pergi ke luar kota. Walau
mungkin ketika aku telah ‘bersembunyi’ di kota asing nanti, aku tetap tak bisa
melupakan kenanganku dan akan terus mengingatnya sampai kapanpun, aku tak
masalah. Aku akan coba menulisnya saja atau menjadikannya museum kisah hidup.
Ketika harus
memikirkan jalan yang harus kutempuh di hari esok, aku sering tidak bisa tidur
dan melukiskan angan-angan serta mimpiku di helaian kertas. Aku ingin mimpiku
tercapai dan bisa sukses mulai dari sekarang. Bukan hanya menunggu hari esok
saja, tetapi harus segera dimulai hari ini. Jalan yang kulalui akan berkilau
menemani setiap langkahku dengan perjuangan yang selama ini telah kulakukan. Aku
akan meraih asa, mewujudkan cita, dan kemudian menjadi bintang dalam gelapnya
malam. Membuat semua yang berada di sekitar kita tersenyum, itu suatu harapan.
Mungkin awalnya aku dilahirkan sebagai orang
yang biasa saja. Tak ada yang mengenal. Sebelumnya tidak menonjol atau terlihar
cerdas dan membahana, tetapi dengan kekuatan yang besar, pasti aku dapat
mengubah takdirku. Sejak usia lima tahun kalau tidak salah, saat aku sudah bisa
membaca dan tergila-gila dengan membaca, aku mulai suka untuk menulis. Itu
kulakukan hingga saat ini. Tetapi kekecewaanku diatas adalah tentang
kelambatanku. Aku lambat, aku selalu menunda waktu, dan berpikir bahwa waktuku
masih banyak. Ini dosa besar yang kulakukan. Aku tidak berbicara aib, aku hanya
bercerita. Aku akan melatih kemampuan diriku dengan baik sehingga dapat memetik
bintang. Aku ingin menjadi seniman. Entah itu aku menjadi orang yang sering
menggambar, atau sering melukis, atau seniman kata-kata. Karena cita-citaku
adalah menjadi pengarang. Pengarang yang bisa menghasilkan karya yang bisa
dinikmati, dibaca dan dihayati semua orang. Ini adalah catatan tentang mimpiku.
Aku harap yang tertulis ini dapat memberi kesan dan dapat terealisasi. Dan
kemudian bisa kutaburkan bintang. Jalan berkilau, aku berpijak dan cahaya
menemani hatiku. Semoga semua dapat tersenyum saat aku sudah sukses nanti.
-CATATAN HARIAN NURINA-
Tema 8 #MelodiHijauOranye