Posted by : Nurinaernest Rabu, 12 Juni 2013


   Masa-masa sekolah adalah masa yang paling indah. Tentu saja, karena sekolah merupakan tempat yang mengasyikkan untuk menimba ilmu selama hidup. Di sekolah kita bertemu dengan teman, guru, bangku, papan tulis, dan juga momen yang akan berkesan sepanjang hidup. Momen yang akan selalu kita kenang di masa tua nanti.
   Berbicara tentang sekolah, tentu kita memiliki dambaan atau angan-angan mengenai sekolah dengan 'style' kita, atau 'gaya' kita. Sekolah yang menurut kita akan lebih enjoy, fun, dan menjadi betah. Mungkin di Indonesia, masih banyak pelajar yang menyia-nyiakan masa sekolahnya karena merasa kurang asik, hanya mencari ijazah, atau setiap hari menunggu bel pulang. Aku menyebutnya sebagai "Pasukan Penunggu Bel Pulang". Tidak munafik, aku pernah mengalami hal tersebut. Seperti itukah makna sekolah? Bagaimana agar sekolah menjadi asik setiap saat? Bukan hanya saat jam kosong, istirahat, atau hanya saat bermain bersama teman-teman? Bagaimana agar murid menganggap sekolah bagaikan surga dunia? Surga ilmu tentunya. Berikut ini, aku akan menceritakan sekolah seperti apa yang kudamba...

1. Guru (Pendidik yang memiliki sifat humoris, kreatif, dekat dengan semua anak didik)
  
    Semua murid selalu ingin diperhatikan, kadangkala suka dipuji oleh gurunya sendiri. Namun, bukan pujian tujuan utama murid. Tetapi sebuah kedekatan antara murid dengan gurunya. Murid Bu Een Sukaesih yang dapat kita lihat di berita televisi mengatakan, bahwa pendidikan yang sebenarnya adalah berlandaskan kasih sayang. Ya, tepat! Seperti itulah pendidikan yang sesungguhnya. Dengan kasih sayang guru kepada murid, maka murid merasa bahwa memiliki peran penting dalam roda pendidikan. Sehingga dengan begitu, murid akan semakin terpacu untuk berprestasi. 
   Guru yang kreatif, suka memberi kata-kata bijak motivasi, sebagai peledak semangat murid, itulah yang menjadi dambaan. Apalagi bila setiap guru melakukan pendekatan terhadap murid layaknya orangtua, tentu murid tak akan merasa canggung dan takut. Guru boleh keras, namun jangan terlalu killer. Guru memang harus keras dalam mendidik, agar murid tetap disiplin, namun juga harus penuh cinta kasih. 
   Dengan sifat yang humoris, penuh canda, tetapi tetap serius, murid akan semakin bersemangat sekolah. Setiap hari selalu menantikan bertemu dengan gurunya. Atmosfer kelas akan lebih sejuk, ringan, dan tenang. Coba bayangkan bila satu jam kita dipaksa duduk dengan serius. Pasti akan tegang, dan otak mengkerut. Karena seolah dipaksa serius dengan gaya belajar yang kurang disukai. 
    Seorang guru di sekolahku pernah berkata, "Cintailah gurumu, maka kamu akan mencintai pelajaran itu".

2. Fasilitas dan Lingkungan Sekolah
 
     a. Lingkungan
        Seperti di sekolahku, yang terdapat tujuh pohon trembesi yang berdiri kokoh, ini pasti menjadi dambaan semua warga sekolah dimanapun. Aku bersyukur bersekolah di SMAN 2 Magetan karena terdapat tujuh pohon trembesi yang menaungi kami. Kadangkala, di jam pelajaran tertentu, kami belajar dibawah pohon trembesi. Lingkungan yang sejuk tentu menjadi impian setiap murid. Yang selalu ingin belajar dengan otak yang dingin. Maka, tanamlah pohon di lingkungan sekolah. Apabila murid diajarkan untuk menanam pohon sejak pertama menjadi murid di sekolah, pasti lingkungan yang bersih dan nyaman berpengaruh baik dalam proses belajar mengajar.

                                                           ilustrasi: Nurina

      b. Fasilitas
      Memang, tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai. Seperti adanya jam dinding di ruang kelas, alat-alat kebersihan, dan juga perlengkapan di laboratorium. Sungguh menyedihkan bila fasilitas tidak lengkap. Kadangkala murid menyalahkan pihak sekolah karena merasa telah membayar. Dan justru guru menyuruh muridnya mandiri dan mengadakan iuran kelas untuk melengkapi peralatan seperti sapu kelas, kemucing, jam dinding, dan sebagainya. Lalu, bagaimanakah seharusnya?
         Kesadaran akan kedisiplinan, kebersihan, memang seharusnya muncul dari tiap individu. Seperti kebersihan kelas, jam dinding sebagai penunjuk waktu, dan sebagainya. Apabila selalu menunggu pihak sekolah untuk mengurus semua perlengkapan tersebut, lalu mulai kapan kita mau bangkit? Jadi lebih baik kita mulai untuk bergotong royong membangun sekolah untuk lebih maju dan mandiri. Kenyamanan dalam belajar tentu menjadi sebuah dambaan. Hal-hal kecil yang dilakukan secara bersama-sama pastinya menghasilkan sesuatu yang besar.

                                                           ilustrasi: Nurina

3. Tugas dan Pekerjaan Rumah

     Pasti semua pelajar pernah mengalami bad mood dan tidak bersemangat dalam mengerjakan tugas rumah. Mereka mengeluh karena tugas yang menumpuk, susah dikerjakan, atau terlalu bentrok karena tugas tidak hanya pada satu pelajaran. Namun, apakah satu-satunya alasan mereka tidak mengerjakan adalah karena malas? Bukan. Tetapi karena mereka tidak suka. Mungkin hanya segelintir saja yang suka dan bersemangat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Tetapi juga tidak sedikit yang kurang bersemangat. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka mengumpulkannya, bentuk tugas tersebut, dan ketepatan dalam mengumpulkan. Sebagian guru menganggap, bahwa PR adalah sebuah cara agar siswa tidak menganggur di rumah. Walau ada juga guru yang tidak suka memberi PR karena tidak mau membebani murid. Tetapi tetap saja PR adalah suatu bumbu dalam menjalani masa sekolah.
     Tetapi, sebenarnya ada tugas yang sangat ideal. Apakah itu? Ya! PR yang disukai murid. Apakah motif PR ini? Diluar PR dalam mata pelajaran umum, PR ini adalah tugas dimana murid disuruh mengerjakan PR yang mereka sukai. Dan kemudian dibina untuk melaporkan hasilnya dalam tempo yang sudah ditentukan. Bukankah mereka ingin sekolah lalu meraih cita-cita? Lalu mengapa harus menunggu lulus untuk meraih cita-cita? Bukankah mereka bisa meraih cita-cita selama mereka sekolah? Dan inilah jawabannya. Saat mengerjakan tugas ini, tentunya murid sangat bersemangat karena mengerjakan apa yang mereka sukai.

                                                            ilustrasi: Nurina

      Contoh: Fera suka menyanyi. Maka Fera mendapat tugas untuk membuat sebuah album rekaman sesuka hati entah itu satu single lagu, ataupun dalam bentuk album. Tugas tersebut dikumpulkan beserta lirik yang dinyanyikan dan juga proses pengerjaannya.
Ini sangat menarik bukan? Karena Fera sudah memiliki bakat dan ketrampilan, aku percaya Fera pasti bisa saja mengerjakan hal ini tanpa disuruh diluar sekolah. Tetapi pasti Fera akan bersemangat dalam mengerjakan tugas tersebut.
     Walaupun bentuk tugas ini tentunya menimbulkan pro dan kontra, karena pasti ada teman-teman yang iri saat mereka merasa tidak memiliki bakat dan ketrampilan. Tetapi cerdas saja tidak cukup. Untuk menjadi manusia, kita juga harus terampil. Semua murid harus terampil dimanapun mereka bersekolah. Intinya, setiap pendidikan mengajarkan manusia untuk cerdas dan juga terampil. Tidak ada manusia yang tidak memiliki keahlian. Semua memiliki bakat dalam bidangnya, hanya saja mereka belum menyadari. Guru juga harus memberi motivasi, bahwa "Apapun hobi seseorang, bila ditekuni pasti akan membuahkan hasil."  Jadi, apapun yang disukai siswa, itulah yang mereka kerjakan.
        Contoh: Edo suka membantu ibu memasak, maka dia mendapat tugas untuk membuat sebuah resep masakan.

Sangat menarik bukan? Sangat mengasikkan. Murid tidak hanya belajar eksak, tetapi juga kreatif. Mungkin sedikit ide gila, dan condong kepada hobi. Tetapi hobi adalah sesuatu yang disukai siswa. Dengan menyukai apa yang mereka kerjakan, mereka akan lebih bersemangat. Tugas ini tidak mengesampingkan tugas umum. Jadi, walaupun tugas ini tidak sering, pasti akan memberi kesan, dan menumbuhkan semangat untuk mengerjakan tugas yang lainnya. Sehingga mereka akan menyukai apa yang mereka kerjakan, tidak hanya mengerjakan apa yang mereka sukai. Sebuah pekerjaan yang menyenangkan, pasti akan menimbulkan kesan sepanjang hidup.

4. Hubungan Guru dan Orang tua

                                                           ilustrasi: Nurina

      Guru dan orangtua adalah sesama pendidik. Guru adalah pembimbing di sekolah, dan orangtua adalah pembimbing di rumah. Guru dan orangtua sama-sama memiliki peran penting dalam memantau perkembangan anak. Hubungan orangtua dan guru seharusnya seperti sahabat. Sangat dekat, sehingga bisa mengawasi murid secara bersama-sama. Orangtua tidak perlu merasa sungkan apabila ingin bertanya mengenai perkembangan anaknya kepada guru atau wali murid yang mengajar. Hubungan yang harmonis dan kekeluargaan tentu memberi dampak yang postitif.

5. Harapan Pendidikan Indonesia ke depan

           Aku berharap semoga pendidikan Indonesia di masa depan semakin maju, pelajarnya semakin bersemangat meraih cita, tak ada yang mudah putus asa, memiliki tekad yang berapi-api dalam mewujudkan mimpi. Pendidikan Indonesia di masa depan akan semakin dijunjung tinggi, dan seluruh pelajar selalu bersemangat menyambut esok hari dan berteriak, "ASIKK.. BESOK SEKOLAH..!"

 
                                                            ilustrasi: Nurina

Sekian cerita tentang sekolah dambaanku. :) Bagaimana dengan sekolah dambaanmu? Ikuti saja "SEKOLAH DAMBAANKU BLOG COMPETITION 2013" ! Info lebih lengkap baca poster dibawah ini:


Good Luck! ^-^

-Nurina Susanti-


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Followers

copyright by Nurina Susanti. Diberdayakan oleh Blogger.

NURINAERNEST

Foto Saya
Indonesian author | Love Printmaking | Be enthusiasticc everyday! :)

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

- Copyright © 2013 Nurinaernest -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -